Fasal : Syarat sahnya puasa
Syarat sahnya puasa, baik itu puasa wajib maupun puasa sunat ada 4 perkara.
1. Islam
Maksudnya sekarang dalam keadaan Islam, maka tidak sah puasa bagi orang kafir dan yang murtad.
2. Berakal
Maka tidak sah puasanya orang gila dan sebangsanya, begitu juga anak kecil.
3. Bersih dari sebangsa haid
Seperti nifas, melahirkan walaupun yang dilahirkannya darah kental (‘alaqah) atau calon janin (mudghah). Haram bagi wanita yang kedatangan haid dan nifas ketika dalam keadaan sedang puasa, lalu menahan tidak makan minum disertai dengan niat puasa, jika tidak disertai niat puasa maka boleh-boleh saja. Tidak wajib pula bagi dirinya untuk segera berbuka di saat kedatangan haid, jadi cukup dengan tidak berniat puasa saja.
Tiga syarat di atas ini harus terpenuhi semuanya pada saat siang seluruhnya. Jika seseorang ada yang murtad atau hilang akalnya akibat gila atau mendapati haid di sebagian waktu di siang hari maka batallah puasanya.
4. Mengetahui atau meyakini telah datangnya waktu puasa
Maka tidak sah puasanya orang yang tidak mengetahui bahwa waktu puasa sudah tiba tanpa ada faktor penyebab sepeti yang telah Saya bahas pada artikel yang mewajibkan puasa. Adapun waktu yang tidak boleh berpuasa ada 2 yaitu hari id dan hari tasyriq.
Fasal : Syarat wajib puasa
Fasal selanjutnya tentang syarat wajibnya puasa. Adapun syarat wajib puasa Ramadhan ada 5 perkara.
1. Islam
Muslim wajib berpuasa walaupun muslimnya sudah lewat seperti orang murtad karena dia sudah tahu hukum Islam.
2. Taklif
Taklif maksudnya sudah baligh dan juga berakal. Maka tidak wajib puasa bagi anak kecil, orang gila, orang yang pingsan dan yang mabuk berat. Wajib qadha puasa bagi mereka yang pingsan dan mabuk berat, apakah pingsan dan mabuknya disengaja atau tidak. Hanya saja bagi mereka yang mabuknya disengaja, wajib mengqadha puasa secepatnya dan boleh dinantikan bagi meraka yang mabuknya tidak disengaja. Berbeda dengan sholat, maka tidak wajib mengqadha shalat kecuali jika pingsan atau mabuknya disengaja. Begitu juga wajib bagi orang gila jika gilanya disengaja alias gila-gilaan.
3. Kuat
Maksudnya kuat puasanya. Maka tidak wajib puasa bagi mereka yang tidak kuat disebabkan sudah tua atau sakit. Batasan sakit yang diperbolehkan untuk tidak puasa adalah sakit yang menyebabkan dia boleh bertayamum.
4. Sehat
Maka tidak wajib puasa bagi mereka yang sakit. Dalam Syarah Minhaj dikatakan bahwa dibolehkan tidak berpuasa dengan niat keringanan bagi mereka yang sakit, yang apabila puasa maka puasanya itu akan menambah sakitnya serta sakit tersebut memperbolehkan dia bertayamum.
Jika seseorang puasa lalu sakit dan sakitnyaterus menerus, maka dia boleh untuk tidak berpuasa atau meninggalkan niat untu hari selanjutnya, namun jika sakitnya tidak terus menerus maka kondisional saja. Disaat dia sedang tidak sakit maka dia harus berniat puasa, maka apabila sakitnya datang kembali, maka dirasa harus buka puasa, maka boleh berbuka.
Dengan keterangan di atas, Imam Ziyadi dan Imam Adzrz’i menyimpulkan bahwa niat puasa itu harus dilakukan di malam hari dan jika orang terkena kepayahan karena sakit misalnya, maka dia boleh berbuka sekadarnya.
5. Mukim
Maka boleh meninggalkan puasa bagi mereka yang melakukan perjalanan jauh dengan niat keringanan. Jika perjalanan tersebut memang membahayakan maka berbuka adalah lebih utama, namun apabila perjalanan tersebut tidak menimbulkan bahaya apa pun maka puasa lebih utama.
Imam Ziyadi berkata, diperbolehkannya buka bagi yang musafir ini jika perjalannya dilakukan sebelum terbit fajar. Maka ketika dia niat puasa di malam hari, lalu dia ragu apakah berangkanya itu sebelum atau sesudah fajar, maka dia tidak boleh berbuka.
Tidak dibenarkan berbuka bagi mereka yang selalu melakukan perjalanan seperti supir karena hari-hari mereka kondisinya seperti itu, kecuali kalau memang melakukan perjalanannya tidak tiap hari seperti supir tembak dan dia sudah siap untuk melakukan qadha pada hari-hari ketika tidak melakukan perjalanan. Demikian seperti yang dikatakan Imam Subki dan Imam Ramli.
Fasal selanjutnya tentang rukun puasa.
Sumber :
Kaasyifatus Sajaa, hal 116
============================
LAGI PROMO
Nadzom Alfiyah TerjemahTerjemah Talim Mutaalim
Terjemah Safinah
Terjemah Riyadush Sholihin
Terjemah Bidayatul Hidayah
==========================