Untuk kajian adab menjadi imam Kitab Bidayatul Hidayah, bisa dilihat pada halaman 51 - 53 matan Kitab Muroqi 'Ibudiyyah.
Mestilah bagi imam meringankan sholatnya. Anas bin Malik r.a. berkata, "Aku tidak melakukan sholat di belakang seorang pun yang lebih ringan dan lebih sempurna sholatnya dari pada sholat Rasulullah Saw."
Seorang imam hendaknya tidak bertakbir sebelum muadzin membacakan iqamah dan sebelum shaf sholat lurus sempurna. Imam harus meninggikan suara ketika bertakbir, dan makmum tidak meninggikan suara kecuali sebatas yang bisa ia dengar sendiri.
Imam harus berniat menjadi imam guna memperoleh keutamaan. Jika imam tak berniat, sholat para jamaah tetap sah apabila mereka telah berniat mengikutinya dan memperoleh pahala bermakmum.
Imam mensirkan bacaan iftitah dan ta'awudz sebagaimana dalam sholat sendirian. Imam menyaringkan bacaan al-Fatihah dan surat dalam sholat subuh, serta dalam dua rakaat pertama magrib dan isya, begitu juga bagi munfarid.
Imam menjaharkan ucapan amin dalam sholat jahar, begitu juga makmum. Makmum bersama-sama membacanya dengan aminnya imam, bukan sesudah imam. Lalu, imam diam sejenak setelah membaca surat al-Fatihah.
Makmum membaca surat al-Fatihah dengan jahar pada saat imam diam, agar sesudahnya ia bisa mendengarkan bacaan imam. Makmum tidak membaca surat pada sholat jahar, kecuali jika ia tidak mendengar suara imam.
Imam tidak boleh menambah membaca tasbih dalam ruku dan sujud lebih dari tiga kali dan juga tidak memberikan tambahan dalam tasyahud awal setelah membaca salawat kepada Nabi. Imam meringkas pada dua rakaat terakhir, cukup membaca surat al-Fatihah, tidak usah menambah-nambahnya lagi.
Imam tidak perlu menambah doa ketika tasyahud akhir. Imam cukup membaca tasyahud dan sholawat kepada Rasulullah Saw. Imam hendaknya berniat memberikan salam kepada semua jamaah keika bersalam, sedangkan jamaah atau makmum dengan salamnya berniat menjawab salam imam.
Imam berdiam sebentar setelah salam dan menghadap kepada para jamaah. Tidak usah menoleh jika yang ada di belakangnya adalah para wanita sampai mereka bubar.
Makmum jangan berdiri sampai imam berdiri, lalu imam pergi entah ke arah kanan atau ke kiri tapi lebih baik ke arah kanan.
Imam tidak boleh berdoa untuk dirinya sendiri dalam membaca qunut subuh tapi hendaknya ia mengucapkan Allahummahdinaa dengan suara nyaring, sedangkan para makmum mengamininya tanpa mengangkat tangan mereka karena hal itu tak terdapat dalam riwayat.
Selebihnya makmum membaca sendiri sisa dari doa qunut tersebut, yakni dimulai dari Innaka la yaqdhi wa la yuqdha 'alaika. Makmum tidak boleh berdiri sendirian secara terpisah tapi ia harus masuk ke dalam barisan atau menarik orang lain untuk membuat barisan dengannya.
Makmum tak boleh berdiri di depan iman, mendahului, atau bergerak secara bersamaan dengan gerakan imam. Tapi ia harus melakukannya sesudah imam. Ia tak boleh ruku kecuali setelah imam sempurna dalam posisi ruku. Begitu pun, ia tak boleh sujud selama dahi imam belum sampai di tanah.
Mestilah bagi imam meringankan sholatnya. Anas bin Malik r.a. berkata, "Aku tidak melakukan sholat di belakang seorang pun yang lebih ringan dan lebih sempurna sholatnya dari pada sholat Rasulullah Saw."
Seorang imam hendaknya tidak bertakbir sebelum muadzin membacakan iqamah dan sebelum shaf sholat lurus sempurna. Imam harus meninggikan suara ketika bertakbir, dan makmum tidak meninggikan suara kecuali sebatas yang bisa ia dengar sendiri.
Imam harus berniat menjadi imam guna memperoleh keutamaan. Jika imam tak berniat, sholat para jamaah tetap sah apabila mereka telah berniat mengikutinya dan memperoleh pahala bermakmum.
Imam mensirkan bacaan iftitah dan ta'awudz sebagaimana dalam sholat sendirian. Imam menyaringkan bacaan al-Fatihah dan surat dalam sholat subuh, serta dalam dua rakaat pertama magrib dan isya, begitu juga bagi munfarid.
Imam menjaharkan ucapan amin dalam sholat jahar, begitu juga makmum. Makmum bersama-sama membacanya dengan aminnya imam, bukan sesudah imam. Lalu, imam diam sejenak setelah membaca surat al-Fatihah.
Makmum membaca surat al-Fatihah dengan jahar pada saat imam diam, agar sesudahnya ia bisa mendengarkan bacaan imam. Makmum tidak membaca surat pada sholat jahar, kecuali jika ia tidak mendengar suara imam.
Imam tidak boleh menambah membaca tasbih dalam ruku dan sujud lebih dari tiga kali dan juga tidak memberikan tambahan dalam tasyahud awal setelah membaca salawat kepada Nabi. Imam meringkas pada dua rakaat terakhir, cukup membaca surat al-Fatihah, tidak usah menambah-nambahnya lagi.
Imam tidak perlu menambah doa ketika tasyahud akhir. Imam cukup membaca tasyahud dan sholawat kepada Rasulullah Saw. Imam hendaknya berniat memberikan salam kepada semua jamaah keika bersalam, sedangkan jamaah atau makmum dengan salamnya berniat menjawab salam imam.
Imam berdiam sebentar setelah salam dan menghadap kepada para jamaah. Tidak usah menoleh jika yang ada di belakangnya adalah para wanita sampai mereka bubar.
Makmum jangan berdiri sampai imam berdiri, lalu imam pergi entah ke arah kanan atau ke kiri tapi lebih baik ke arah kanan.
Imam tidak boleh berdoa untuk dirinya sendiri dalam membaca qunut subuh tapi hendaknya ia mengucapkan Allahummahdinaa dengan suara nyaring, sedangkan para makmum mengamininya tanpa mengangkat tangan mereka karena hal itu tak terdapat dalam riwayat.
Selebihnya makmum membaca sendiri sisa dari doa qunut tersebut, yakni dimulai dari Innaka la yaqdhi wa la yuqdha 'alaika. Makmum tidak boleh berdiri sendirian secara terpisah tapi ia harus masuk ke dalam barisan atau menarik orang lain untuk membuat barisan dengannya.
Makmum tak boleh berdiri di depan iman, mendahului, atau bergerak secara bersamaan dengan gerakan imam. Tapi ia harus melakukannya sesudah imam. Ia tak boleh ruku kecuali setelah imam sempurna dalam posisi ruku. Begitu pun, ia tak boleh sujud selama dahi imam belum sampai di tanah.
============================
LAGI PROMO
Nadzom Alfiyah TerjemahTerjemah Talim Mutaalim
Terjemah Safinah
Terjemah Riyadush Sholihin
Terjemah Bidayatul Hidayah
==========================