Mari simak terjemahan Safinah bab niat sholat, buka kitabnya halaman 58.
فَصْلٌ ini menerangkan apa yang diperhitungkan dalam niat. Mushonnif berkata :
النِّيَةُ
ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ
Niat itu ada 3 tingkatan, kemudian mushonnif menjelaskan tingkatan niat yang 3 itu dengan ucapan :
إِنْ
كَانَتِ الصَّلَاةُ فَرْضًا
Jika sholat fardhu, walaupun fardhu kifayah, seperti sholat jenazah atau sholat qodho dan sholat mu’adah atau sholat nadzar,
وَجَبَ
maka wajib di dalam niat tersebut 3 perkara, yang pertama :
قَصْدُ
الْفِعْلِ
bermaksud mengerjakan, maksudnya niat melakukan sholat dengan menghadirkannya, dengan maksud untuk membedakannya dengan pekerjaan lainnya.
Pada niat tersebut tidaklah wajib menyandrkannya dengan lafadz ‘Allah’, sebab semua bentuk ibadah tentunya hanya ditujukan kepada Allah. Hanya memang disunatkan untuk menyatakan makna ikhlas.
Disunatkan juga niat menghadap qiblat serta bilangan rakaatnya. Seandainya salah dalam bilangan, misalnya ‘niat sholat zhuhur 3 rakaat’ atau ‘niat sholat zhuhur 5 rakaat’, maka tidak sah sholatnya.:
وَ التَّعْيِيْنُ
Dan ke dua adalah menentukan, yakni menentukan sholatnya apakah zhuhur atau yang lainnya untuk membedakan dari jenis sholat yang lainnya.
وَ الْفَرْضِيَةُ
Dan yang ke tiga adalah menentukan derajat kefarduannya, yakni menentukan dan bermaksud bahwa sholat yang dikerjakan adalah sholat fardhu untuk membedakan dari sholat yang berderajat sunat.
Maka tidak wajib menentukan kefarduan sholat pada sholatnya anak-anak belum mukalaf, sebab sholat yang mereka kerjakan menjadi sunat menurut mufakat ulama, keuali dalam hal sholat mu’adah, maka hal ini masih ada perbedaan pendapat.
Wajib menentukan kefarduan sholat bagi anak-anak di dalam melakukan sholat jenazah, sehingga bisa menjadi gugur kewajiban bagi mukallaf dengan sholat anak tersebut.
Mestilah di dalam sholat mu’adah dan sholat yang dinadzarkan, harus menentukan kefarduan sholat tersebut.
وَ إِنْ
كَانَتْ نَافِلَةً مُؤَقَّتَةً كَرَاتِبَةٍ اَوْ ذَاتِ سَبَبٍ
Dan ketika sholatnya sholat sunnah yang punya waktu seperti sholat rawatib atau sholat sunnah yang terikat sebab seperti sholat istisqa
وَجَبَ
Maka wajib di dalam niat sholat tersebut 2 hal, yang pertama
قَصْدُ
الْفِعْلِ
Bermaksud mengerjakan, maksudnya niat melakukann sholat
وَ التَّعْيِيْنُ
Dan yang ke dua menentukan, maksudnya menentukan qobliyyah dan ba’diyyah di dalam sholat zhuhur, maghrib dan isya, sebab masing-masing sholat tersebut ada qobliyyah dan ba’diyyahnya, berbeda dengan sholat subuh dan ashar.
Juga menentukan fithri dan adha dalam sholat ied, sehingga tidak cukup dengan niat shoat ied saja. Juga menentukan matahari dan bulan pada sholat gerhana.
Tidak disyaratkan berniat menentukan derajat sunat, sebab menentukan derajat sunat sudah pasti kepada sholat sunat, dan itu hanya sunat saja.
Berbeda dalam menentukan derajat kefarduan sholat, karena sesungguhnya niat tersebut dimestikan kepada seumpama sholat zhuhur yang terkadang wajib dan terkadang tidak wajib seperti halnya pada sholatnya anak-anak.
وَ اِنْ
كَانَتْ نَافِلَةً مُطْلَقَةً
Dan jika sholatnya sholat sunnah mutlak yakni sholat yang tidak terikat oleh waktu dan sebab
وَجَبَ
قَصْدُ الْفِعْلِ فَقَطْ
maka hanya wajib menyengaja mengerjakannya saja, termasuk dalam jenis sholat ini adalah sholat tahiyyatul masjid, sholat sunat wudhu, sholat istikhoroh, sholat ihram, sholat thowaf, sholat masuk rumah, sholat keluar rumah dan lainnya. Sholat ini juga tidak membutuhkan ta’yin (menentukan).
Perlu diketahui bahwa tercegah mengumpulkan 2 macam shoat dengan satu niat walaupun dengan sholat sunat yang dimaksud.
Adapun jika sholatnya tidak dimaksud seperti sholat tahiyatul masjid, sholat istikhoroh, sholat ihrom, sholat thowaf, sholat wudhu, sholat mandi, maka boeh mengumpulkannya dengan sholat sunat atau sholat fardhu lainnya, sehingga hasil dan mendapat pahala, walaupun sholat tersebut tidak diniatkan, demikian menurut Imam Syarqawi.
اَلْفَعْلُ
Untuk menyengaja melakukan sholat¸maka dengan ucapan
أُصَلِّي
Aku niat sholat.
Jika ada seseorang berniat “NAWAITU
USHOLLIZH ZHUHRO ALLAAHU AKBAR NAWAITU”, maka batal sholatnya sebab ucapan NAWAITU
sesudah takbiratul ihram termasuk kalam yang lain dan dibaca setelah sholatnya
sah, sehingga membatalkan sholat tesebut.
وَالّتَعْيِيْنُ
Dan ta’yin (menentukan) dengan ucapan
ظُهْرًا
أَوْ عَصْرًا
Zhuhur ata
ashar, misalnya
وَ الْفَرْضِيَّةُ
Dan menentukan derajat kefarduannya, dengan ucapan
فَرْضً
fardu
Demikianlah 3 tingkatan niat dalam sholat. Selanjutnya baca pula syarat takbirotul ihrom Safinah.
============================
LAGI PROMO
Nadzom Alfiyah TerjemahTerjemah Talim Mutaalim
Terjemah Safinah
Terjemah Riyadush Sholihin
Terjemah Bidayatul Hidayah
==========================