Terjemahan Kitab Fathul Qorib, Safinatun Najah, Jurumiyah, Fathul Muin, Bidayatul Hidayah, Nashoihul Ibad, Al Bidayah Wan Nihayah, Sulam Taufiq, Syamsul Maarif, Tafsir Jalalain, Irsyadul Ibad, Uqudulujain dll

Kitab Riyadhus Shalihin Bab Tawakal dan Yakin


Kali ini Saya akan menulis terjemahan dari Kitab Riyadhus Shalihin bab tawakal dan yakin. Silahkan buka kitabnya di halaman 52.

Allah Ta’ala berfirman :

ولما رأى المؤمنون الأحزاب قالوا هذا ما وعدنا اللَّه ورسوله وصدق اللَّه ورسوله، وما زادهم إلا إيمانا وتسليما

 “Setelah orang-orang yang beriman itu melihat pasukan serikat mereka berkata: ‘Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita dan Allah dan Rasul-Nya itu berkata benar.’ Hal yang sedemikian itu tidaklah menambahkan kepada orang-orang yang beriman tadi melainkan keimanan dan penyerahan bulat-bulat.” (al-Ahzab: 22)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

الذين قال لهم الناس إن الناس قد جمعوا لكم فاخشوهم، فزادهم إيمانا، وقالوا: حسبنا اللَّه ونعم الوكيل. فانقلبوا بنعمة من اللَّه وفضل لم يمسسهم سوء، واتبعوا رضوان اللَّه، والله ذو فضل عظيم

 “Para manusia berkata kepada orang-orang yang beriman itu: ‘Sesungguhnya orang-orang telah berkumpul untuk melawan engkau semua, oleh karena itu takutlah kepada mereka.’ Tetapi hal itu makin menambah keimanan mereka. Mereka menjawab: ‘Allah cukup menjadi pelindung kita dan sebaik-baiknya yang dijadikan tempat bertawakkal.’ Kemudian mereka kembali dengan mendapatkan kenikmatan dan keutamaan dari Allah, mereka tidak terkena sesuatu halanganpun dan mereka mengikuti keridhaan Allah dan Allah itu memiliki keutamaan yang agung.” (Ali-Imran: 173-174)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

وتوكل على الحي الذي لا يموت

Dan bertawakkallah kepada Tuhan yang Maha Hidup yang tidak akan mati.” (al-Furqan: 58)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

وعلى اللَّه فليتوكل المؤمنون

 Dan kepada Allah, hendaklah orang-orang yang beriman itu bertawakkal” (Ibrahim: 11)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

فإذا عزمت فتوكل على اللَّه  

 “Maka Jikalau engkau telah bulat tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.” (Ali-Imran: 159)

Ayat-ayat mengenai hal bertawakkal itu banyak dan sudah diketahui. Dan Allah Ta’ala berfirman :

 ومن يتوكل على اللَّه فهو حسبه

“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia pasti mencukupi untuknya.” (At-Thalaq: 3)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

إنما المؤمنون الذين إذا ذكر اللَّه وجلت قلوبهم، وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا، وعلى ربهم يتوكلون

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah, maka hati mereka itu menjadi ketakutan, juga apabila ayat-ayat-Nya dibacakan kepada mereka, maka bertambah-tambahlah keimanan mereka dan mereka itu sama bertawakkal kepada Tuhannya.” (Al Anfal: 2)

Ayat-ayat perihal keutamaan bertawakkal itupun banyak dan sudah diketahui.

Adapun Hadits-haditsnya, yang pertama :

عَن ابْن عَبَّاسٍ رضي اللَّهُ عنهما قال : قال رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم : « عُرضَت عليَّ الأمَمُ ، فَرَأيْت النَّبِيَّ وَمعَه الرُّهيْطُ والنَّبِيَّ ومَعهُ الرَّجُل وَالرَّجُلانِ ، وَالنَّبِيَّ وليْسَ مَعهُ أحدٌ إذ رُفِعَ لِى سوادٌ عظيمٌ فظننتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي ، فَقِيلَ لِى: هذا موسى وقومه ولكن انظر إلى الأفق فإذا سواد عظيم فقيل لى انظر إلى الأفق الآخر فإذا سواد عظيم فقيل لي : هَذه أُمَّتُكَ ، ومعَهُمْ سبْعُونَ أَلْفاً يَدْخُلُونَ الْجَنَّة بِغَيْرِ حِسَابٍ ولا عَذَابٍ » ثُمَّ نَهَض فَدَخَلَ منْزِلَهُ ، فَخَاض النَّاسُ في أُولَئِكَ الَّذينَ يدْخُلُون الْجنَّةَ بِغَيْرِ حسابٍ وَلا عذابٍ ، فَقَالَ بعْضهُمْ : فَلَعَلَّهُمْ الَّذينَ صَحِبُوا رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وقَال بعْضهُم : فَلعَلَّهُمْ الَّذينَ وُلِدُوا في الإسْلامِ ، فَلَمْ يُشْرِكُوا باللَّه شيئاً وذَكَروا أشْياء فَخرجَ عَلَيْهمْ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَقَالَ : « مَا الَّذي تَخُوضونَ فِيهِ ؟ » فَأخْبَرُوهُ فَقَالَ : « هُمْ الَّذِينَ لا يرقُونَ، وَلا يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطيَّرُون ، وَعَلَى ربِّهمْ يتَوكَّلُونَ » فقَامَ عُكَّاشةُ بنُ مُحْصِن فَقَالَ : ادْعُ اللَّه أنْ يجْعَلَني مِنْهُمْ ، فَقَالَ : « أنْت مِنْهُمْ » ثُمَّ قَام رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ : ادْعُ اللَّه أنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فقال : «سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ » متفقٌ عليه .

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: ‘Dipertontonkanlah padaku berbagai umat, maka saya melihat ada seorang Nabi dan besertanya adalah sekelompok manusia kecil, ada pula Nabi dan besertanya adalah seorang lelaki atau dua orang saja, bahkan ada pula seorang Nabi yang tidak disertai seorangpun. Tiba-tiba diperlihatkanlah padaku suatu gerombolan manusia yang besar, lalu saya mengira bahwa mereka itulah umatku. Lalu dikatakanlah padaku: “Ini adalah Musa dengan kaumnya. Tetapi lihatlah ke ufuk.” Kemudian sayapun melihatnya, lalu saya lihatlah dan tiba-tiba tampaklah di situ suatu gerombolan umat yang besar juga. Selanjutnya dikatakan pula kepadaku: “Kini lihatlah pula ke ufuk yang lain lagi itu.” Tiba-tiba di situ terdapatlah suatu kelompok yang besar pula, lalu dikatakanlah padaku: “Inilah umatmu dan beserta mereka itu ada sejumlah tujuh puluh ribu orang yang dapat memasuki syurga tanpa dihisab dan tidak terkena siksa.” Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bangkit dan terus memasuki rumahnya. Orang-orang banyak sama bercakap-cakap mengenai para manusia yang memasuki syurga tanpa dihisab dan tanpa disiksa itu. Sebagian dari sahabat itu ada yang berkata: “Barangkali mereka itu ialah orang-orang yang telah menjadi sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasalam” Sebagian lagi berkata: “Barangkali mereka itu ialah orang-orang yang dilahirkan di zaman sudah munculnya agama Islam, kemudian tidak pernah mempersekutukan sesuatu dengan Allah.” Banyak lagi sebutan mengenai itu yang mereka kemukakan. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam lalu keluar menemui mereka kemudian bertanya: “Apakah yang sedang engkau semua percakapkan itu.” Para sahabat memberitahukan hal itu kepada beliau. Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Orang-orang yang memasuki syurga tanpa hisab dan siksa itu ialah mereka yang tidak pernah memberi mantera-mantera, tidak meminta mantera-mantera dari orang lain, tidak pula merasa akan memperoleh bahaya karena adanya burung-burung dan pula bertawakkal kepada Tuhannya.” ‘Ukkasyah bin Mihshan al-Asadi, kemudian berkata: “Doakanlah saya kepada Allah supaya Allah menjadikan saya termasuk golongan mereka itu.” Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: “Engkau termasuk golongan mereka.” Selanjutnya ada pula orang lain yang berdiri lalu berkata: “Doakanlah saya kepada Allah supaya saya oleh Allah dijadikan termasuk golongan mereka itu pula.” Kemudian beliau bersabda: “Permohonan seperti itu telah didahului oleh ‘Ukkasyah.’ (Muttafaq ‘alaih).

Lafadz الرُّهَيْطُ itu dengan dhomah ra’ dan ditashghir. Artinya sekelompok orang dibawah 10 orang. Lafadz الأفُقُ artinya di sudut dan sisi. Lafadz عُكاشَةُ dengan dhommah ain dan tasydid kaf dan ada juga yang tanpa tasydid, dan yang pakai tasydid adalah yang lebih fasih.

Yang kedua :

عَنْ ابْن عبَّاس رضي اللَّه عنهما أيْضاً أَنَّ رسول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كانَ يقُولُ : «اللَّهُم لَكَ أسْلَمْتُ وبِكَ آمنْتُ ، وعليكَ توَكَّلْتُ ، وإلَيكَ أنَبْتُ ، وبِكَ خاصَمْتُ . اللَّهمَّ أعُوذُ بِعِزَّتِكَ ، لا إلَه إلاَّ أنْتَ أنْ تُضِلَّنِي أنْت الْحيُّ الَّذي لا تمُوتُ ، وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يمُوتُونَ» متفقٌ عليه .

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma juga bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Ya Allah, kepada-Mulah saya menyerahkan diri, dengan-Mu saya beriman, atas-Mu saya bertawakkal, ke hadhirat-Mu saya bertaubat, dengan-Mu saya berbantah menghadapi musuh-musuh. Ya Allah, saya mohon perlindungan dengan kemuliaan-Mu, tiada Tuhan melainkan Engkau, kalau sampai Engkau menyesatkan diriku. Engkau Maha Hidup yang tidak akan mati, sedangkan semua jin dan manusia pasti mati.” (Muttafaq ‘alaih).

Hadits di atas itu menurut lafaz Imam Muslim dan diringkaskan dalam lafaz Imam Bukhari.

Yang ke tiga :

عن ابْنِ عَبَّاس رضي اللَّه عنهما أيضاً قال : «حسْبُنَا اللَّهُ ونِعْمَ الْوكِيلُ قَالَهَا إبْراهِيمُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حينَ أُلْقِى في النَّارِ ، وَقالهَا مُحمَّدٌ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حيِنَ قَالُوا: «إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إيماناً وقَالُوا : حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوكِيلُ » رواه البخارى.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma pula, katanya: “Lafadz: HASBUNALLAAHU WA NI’MAL WAKIIL,  (Cukuplah Allah itu sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baiknya yang diserahi), itu pernah diucapkan oleh Ibrahim alaihis salam ketika beliau dilemparkan ke dalam api. Dan juga pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam ketika orang-orang sama berkata: ‘Sesungguhnya orang-orang banyak telah berkumpul untuk memerangi engkau, maka takutilah mereka itu,’ tetapi ucapan sedemikian itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang beriman melainkan keimanan belaka dan mereka berkata: HASBUNALLAAHU WA NI’MAL WAKIIL. (Riwayat Bukhari).

Dan dalam satu riwayat Imam Bukhori :

عن ابْنِ عَبَّاسٍ رضي اللَّه عنهما قال : « كَانَ آخِرَ قَوْل إبْراهِيمَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حِينَ ألْقِي في النَّارِ « حسْبي اللَّهُ وَنِعمَ الْوَكِيلُ »

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma disebutkan: Ucapan Nabi Ibrahim yang terakhir sekali ketika beliau dilemparkan ke dalam api yaitu: HASBIYALLAAHU WA NI’MAL WAKIIL (Cukuplah Allah itu sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baiknya yang diserahi).

Ke empat :

عَن أبي هُرَيْرةَ رضي اللَّه عنه عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أقْوَامٌ أفْئِدتُهُمْ مِثْلُ أفئدة الطَّيْرِ » رواه مسلم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: “Masuklah ke dalam surga itu para kaum yang hatinya seperti hati burung.” (Riwayat Muslim)

Disebutkan bahwasanya maknanya itu sama dengan bertawakkal. Juga dapat diartikan bahwasanya hati mereka itu lemah lembut.

Yang ke lima :

عنْ جَابِرٍ رضي اللَّهُ عنه أَنَّهُ غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قِبَلَ نَجْدٍ فَلَمَّا قَفَل رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَفَل مَعهُمْ ، فأدْركتْهُمُ الْقائِلَةُ في وادٍ كَثِيرِ الْعضَاهِ ، فَنَزَلَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، وتَفَرَّقَ النَّاسُ يسْتظلُّونَ بالشجر ، ونَزَلَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم تَحْتَ سمُرَةٍ ، فَعَلَّقَ بِهَا سيْفَه ، ونِمْنَا نوْمةً ، فإذا رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يدْعونَا ، وإِذَا عِنْدَهُ أعْرابِيُّ فقَالَ : « إنَّ هَذَا اخْتَرَطَ عَلَيَّ سيْفي وأَنَا نَائِمٌ ، فاسْتيقَظتُ وَهُو في يدِهِ صَلْتاً ، قالَ : مَنْ يَمْنَعُكَ منِّي ؟ قُلْتُ : اللَّه ثَلاثاً » وَلَمْ يُعاقِبْهُ وَجَلَسَ . متفقٌ عليه .

Dari Jabir radhiyallahu anhu bahwasanya ia berperang bersama Nabi shalallahu alaihi wasalam di daerah dekat Najad. Setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam kembali, iapun kembali pula beserta mereka, kemudian mereka memperoleh tidur siang dalam suatu lembah yang banyak pohon durinya. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam turun dan orang-orang lainpun sama berteduh di bawah pohon. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu turun di bawah pohon Samurah kemudian menggantungkan pedangnya di situ. Kita semua tidur, tiba-tiba Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memanggil-manggil kita dan di sisinya ada seorang Arab, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Orang ini telah mengacungkan pedangku padaku, sedang saya tidur tadi, kemudian saya bangun, sedangkan pedang itu terhunus di tangannya, ia berkata: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari perbuatanku ini?” Saya menjawab: “Allah” sampai tiga kali. Tetapi beliau shalallahu alaihi wasalam tidak menghukum orang tadi dan beliaupun duduk. (Muttafaq ‘aiaih).

Dan di dalam sebuah riwayat lagi disebutkan:

قَالَ جابِرٌ : كُنَّا مع رسول اللِّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بذاتِ الرِّقاعِ ، فإذَا أتينا على شَجرةٍ ظليلة تركْنَاهَا لرسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَجاء رجُلٌ من الْمُشْرِكِين ، وسيف رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مُعَلَّقٌ بالشَّجرةِ ، فاخْترطهُ فقال : تَخَافُنِي ؟ قَالَ : « لا » قَالَ : فمَنْ يمْنَعُكَ مِنِّي ؟ قال: «اللَّه».

Jabir berkata: “Kita semua bersama-sama Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dalam peperangan Dzatur Riqa’, kemudian datanglah kita pada pohon yang rindang. Pohon itu kita biarkan untuk digunakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam. Kemudian datanglah seorang lelaki dari golongan kaum musyrikin sedangkan pedang Rasulullah shalallahu alaihi wasalam digantungkan pada pohon tersebut. Orang itu menghunus pedangnya lalu berkata: “Adakah engkau takut padaku?” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menjawab: “Tidak.” Orang itu berkata lagi: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari perbuatanku ini.” Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: “Allah.”

Dan disebutkan pula dalam riwayat lainnya lagi yaitu riwayat Abu Bakar al-Isma’ili dalam kitab shahihnya:

 قال منْ يمْنعُكَ مِنِّي ؟ قَالَ : « اللَّهُ » قال: فسقَطَ السَّيْفُ مِنْ يدِهِ ، فأخذ رسَول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم السَّيْفَ فَقال : « منْ يمنعُكَ مِنِّي ؟ » فَقال : كُن خَيْرَ آخِذٍ ، فَقَالَ : « تَشهدُ أنْ لا إلَه إلا اللَّهُ ، وأنِّي رسولُ اللَّه ؟ » قال : لا، ولكِنِّي أعاهِدُك أن لا أقَاتِلَكَ ، ولا أكُونَ مع قوم يقاتلونك ، فَخلَّى سبِيلهُ ، فَأتى أصحابَه فقَالَ : جِئتكُمْ مِنْ عِندِ خيرِ النَّاسِ .

Orang itu berkata: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari perbuatanku ini.” Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Allah,” kemudian jatuhlah pedang itu dari tangannya. Selanjutnya pedang itu diambil oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, lalu bersabda: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari padaku ini?” Orang tadi berkata: “Jadilah engkau sebaik-baiknya orang yang dimintai perlindungan.” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda pula: “Sukakah engkau menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya ini utusan Allah?” Ia menjawab: “Tidak suka aku demikian, tetapi saya berjanji padamu bahwa saya tidak akan memerangi lagi padamu dan tidak pula akan menyertai kaum yang memerangi engkau.” Oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam orang tersebut dilepaskan jalannya, kemudian ia mendatangi sahabat-sahabatnya lalu berkata: “Saya telah datang padamu sekalian ini dari sisi sebaik-baik manusia”.

Lafadz قَفَل artinya kembali, lafadz  الْعِضَاهُ artinya yang berduri, lafadz السَّمُرةُ dengan fatah sin dan dhommah mim adalah pohon besar berduri. Lafadz اخْترطَ السَّيْف artinya pedang itu sudah diacungkan. Lafadz صلتاً boleh difathahkan shadnya dan boleh pula didhammahkan artinya terhunus.

Kitab Riyadhus Shalihin Bab Tawakal dan Yakin

Yang ke enam :

 عنْ عمرَ رضي اللَّهُ عنه قال : سمعْتُ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ: « لَوْ أنَّكم تتوكَّلونَ على اللَّهِ حقَّ تَوكُّلِهِ لرزَقكُم كَما يرزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِماصاً وترُوحُ بِطَاناً» رواه الترمذي ، وقال : حديثٌ حسنٌ .

Dari Umar radhiyallahu anhu, katanya: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Andaikata engkau sekalian itu suka bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, sesungguhnya Dia akan memberikan rezeki padamu sekalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi-pagi burung-burung berperut kosong dan sore-sore kembali dengan perut penuh berisi.”

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

Adapun makna hadits itu ialah bahwa burung-burung itu pada permulaan hari siang, yakni mulai pagi harinya sama pergi dalam keadaan خِماصاً yakni kosong perutnya sebab lapar, sedangkan pada akhir siang, dalam keadaan بِطَاناً  , artinya perutnya penuh sebab kenyang.

Yang ke tujuh :

عن أبي عِمَارةَ الْبراءِ بْنِ عازِبٍ رضي اللَّه عنهما قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « يا فُلان إذَا أَويْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَقُل : اللَّهمَّ أسْلَمْتُ نفْسي إلَيْكَ ، ووجَّهْتُ وجْهِي إِلَيْكَ ، وفَوَّضْتُ أمري إِلَيْكَ ، وألْجأْتُ ظهْرِي إلَيْكَ . رغْبَة ورهْبةً إلَيْكَ ، لا ملجَأَ ولا منْجى مِنْكَ إلاَّ إلَيْكَ ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذي أنْزَلْتَ، وبنبيِّك الَّذي أرْسلتَ ، فَإِنَّكَ إنْ مِتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مِتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ ، وإنْ أصْبحْتَ أصَبْتَ خيْراً » متفقٌ عليه .

Dari Abu ‘Umarah, yaitu Albara’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Hai Fulan, jikalau engkau bertempat di tempat tidurmu maka katakanlah doa (Ya Allah, saya menyerahkan diriku pada-Mu, saya menghadapkan mukaku pada-Mu, saya menyerahkan urusanku pada-Mu, saya menempatkan punggungku pada-Mu, karena berharap akan pahala-Mu dan takut siksa-Mu, tiada tempat bersembunyi dan tiada pula tempat keselamatan kecuali kepada-Mu. Saya beriman kepada kitab yang Engkau turunkan serta kepada Nabi yang Engkau utuskan.” Sesungguhnya engkau, jikalau engkau mati pada malam harimu itu, maka engkau akan mati menetapi kefithrahan dan jikalau engkau masih ada sampai pagi, , maka engkau dapat memperoleh kebaikan.” (Muttafaq ‘alaih).

Disebutkan pula dalam kedua kitab shahih, dari Albara’, katanya:

قال لي رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إذَا أتَيْتَ مضجعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ للصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأيْمَنِ وقُلْ : وذَكَر نحْوَه ثُمَّ قَالَ وَاجْعَلْهُنَّ آخرَ ما تَقُولُ » .

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda kepada-ku: “Jikalau engkau mendatangi tempat pembaringanmu, maka berwudhu’lah sebagaimana berwudhumu untuk bershalat, kemudian berbaringlah atas lambung kananmu, kemudian ucapkanlah…….”

Lalu diuraikannya sebagaimana yang tertera di atas, selanjutnya pada penutupnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Jadikanlah ucapan tersebut di atas itu sebagai penghabisan sesuatu yang engkau ucapkan.”

Yang ke delapan :

عنْ أبي بَكْرٍ الصِّدِّيق رضي اللَّه عنه عبدِ اللَّه بنِ عثمانَ بنِ عامِرِ بنِ عُمَرَ ابن كعب بن سعد بْنِ تَيْمِ بْن مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْن لُؤيِّ بْنِ غَالِب الْقُرَشِيِّ التَّيْمِيِّ رضي اللَّه عنه وهُو وأبُوهُ وَأُمَّهُ صحابَةٌ ، رضي اللَّه عنهم قال : نظرتُ إلى أقْدَامِ المُشْرِكِينَ ونَحنُ في الْغَارِ وهُمْ علَى رؤوسنا فقلتُ : يا رسولَ اللَّهِ لَوْ أَنَّ أحَدَهمْ نَظرَ تَحتَ قَدميْهِ لأبصرَنا فقال: « مَا ظَنُّك يا أبا بكرٍ باثْنْينِ اللَّهُ ثالثُِهْما » متفقٌ عليه .

Dari Abu Bakar ash-Shiddiq, yaitu Abdullah bin Usman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalibal Qurasyi at- aimi radhiyallahu anhu, ia dan ayahnya, juga ibunya semuanya adalah termasuk golongan para sahabat radhiallahu ‘anhum, katanya: “Saya melihat pada kaki kaum musyrikin sedang kita berada dalam goa dan orang-orang tersebut tepat di atas kepala kita, lalu saya berkata: “Ya Rasulullah, andaikata seorang dari mereka itu melihat ke bawah kakinya, pasti mereka akan dapat melihat tempat kita ini.” Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: “Apakah yang engkau sangka itu, hai Abu Bakar bahwa kita ini hanya berdua saja. Allah adalah yang ketiga dari kita ini.” (Muttafaq ‘alaih).

Yang ke sembilan :

عَنْ أُمِّ المُؤمِنِينَ أُمِّ سلَمَةَ ، واسمُهَا هِنْدُ بنْتُ أبي أُمَيَّةَ حُذَيْفةَ المخزومية رضي اللَّهُ عنها أن النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كانَ إذَا خَرجَ مِنْ بيْتِهِ قالَ : « بسم اللَّهِ، توكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أعوذُ بِكَ أنْ أَضِلَّ أو أُضَلَّ ، أَوْ أَزِلَّ أوْ أُزلَّ ، أوْ أظلِمَ أوْ أُظلَم ، أوْ أَجْهَلَ أو يُجهَلَ عَلَيَّ » حديثٌ صحيحٌ رواه أبو داود والتِّرمذيُّ وَغيْرُهُمَا بِأسانِيدَ صحيحةٍ . قالَ التِّرْمذي : حديثٌ حسنٌ صحيحٌ ، وهذا لَفظُ أبي داودَ .

Dari Ummul Mu’minin Ummu Salamah dan namanya sendiri adalah Hindun binti Abu Umayyah yaitu Hudzaifah al-Makhzumiyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasalam itu apabila keluar dari rumahnya, bersabda (“Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu kalau-kalau saya sampai tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menganiaya atau dianiaya, menjadi bodoh ataupun dianggap bodoh oleh orang lain atas diriku.”)

 Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan lain-lainnya dengan sanad-sanad yang shahih. Tirmidzi berkata bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Hadits di atas adalah menurut lafaznya Imam Abu Dawud.

Yang ke sepuluh:

عنْ أنسٍ رضيَ اللَّهُ عنه قال : قال : رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ قَالَ يعنِي إذا خَرَج مِنْ بيْتِهِ : بِسْم اللَّهِ توكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ ، ولا حوْلَ ولا قُوةَ إلاَّ بِاللَّهِ ، يقالُ لهُ هُديتَ وَكُفِيت ووُقِيتَ ، وتنحَّى عنه الشَّيْطَانُ    .

Dari Anas radhiyallahu anhu katanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya: BISMILLAAHI, TAWAKKALTU ‘ALALLAAHI WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah), maka kepada orang itu dikatakanlah: “Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, dan telah diberi penjagaan. Syaitanpun menyingkirlah dari orang tersebut.”

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i serta lain-lainnya. Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Abu Dawud menambahkan lalu berkata:

: يعْنِي الشَّيْطَانَ لِشَيْطانٍ آخر : كيْفَ لك بِرجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفي وَوُقِى»؟

“Bahwa syaitan yang satu berkata kepada syaitan lainnya: “Bagaimana engkau dapat menggoda orang yang telah diberi petunjuk telah dicukupi dan telah pula diberi penjagaan.”

Ke sebelas:

وَعنْ أنَسٍ رضي اللَّهُ عنه قال : كَان أخوانِ عَلَى عهْدِ النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وكَانَ أَحدُهُما يأْتِي النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، والآخَرُ يحْتَرِفُ ، فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أخَاهُ للنبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقال : « لَعلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ » رواه التِّرْمذيُّ بإسناد صحيح على شرط مسلمٍ .

Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: “Ada dua orang bersaudara pada zaman Nabi shalallahu alaihi wasalam salah seorang dari keduanya itu datang kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam, yang lainnya lagi bekerja. Orang yang bekerja ini mengadu kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam mengenai saudaranya lalu beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Barangkali engkau diberi rezeki itu adalah dengan sebab adanya saudaramu.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan isnad shahih atas syarat Muslim.

Makna حْترِفُ adalah diberi pekerjaan dan menjadi sebab.


============================

LAGI PROMO

Nadzom Alfiyah Terjemah
Terjemah Talim Mutaalim
Terjemah Safinah
Terjemah Riyadush Sholihin
Terjemah Bidayatul Hidayah
==========================
Back To Top